Minggu, 04 Maret 2018

Metode EDFAT sebagai proses dalam pemotretan


Mengenal Metode “EDFAT” Dalam Ftoografi Jurnalistik

A. Pendahuluan

            Fotografi telah berkambang dari masa ke masa. Pemilihan genre sudah tak asing lagi bagi semua fotografer baik pemula maupun profesional. Sangat banyak sekali genre fotografi seiring perkembangan jaman, namun genre fotografi tersebut dapat disempitkan berdasarkan fungsinya, yaitu :
1.      Fotografi Jurnalistik adalah foto yang memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri, melengkapi suatu berita dan dimuat dalam suatu media. Foto jurnalistik juga dapat dikatakan sebagai bahan untuk dokumen dan juga arsip. Foto jurnalistik harus didukung oleh caption yang berisi penjelasan dari foto. Berikut pengertian fotografi  jurnalistik menurut para ahli :
a. Menurut Oscar Motulohm, fotografer professional, foto jurnalistik adalah suatu medium sajian informasi untuk menyampaikan beragam bukti visual atas berbagai peristiwa kepada masyarakat seluas-luasnnya secara cepat.
b. Menurut Henri Cartier-Bresson, pendiri agen foto terkemuka di dunia dengan teorinya Decisive Moment, foto jurnalistik adalah berkisah dengan sebuah gambar, melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra tersembut mengungkap sebuah cerita.
c. Menurut Zainuddin Nasution, tokoh foto jurnalistik asal Surabaya, foto jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan foto yang tujuan pemotretan karena keinginan bercerita kepada orang lain. Jadi foto-foto jenis ini berkepentingan dalam menyampaikan pesan kepada orang lain dengan maksud agar orang lain melakukan sesuatu tindakan psikologis.
2.      Fotografi Komersial adalah foto yang memiliki tujuan untuk dikomersilkan atau ditujukan untuk memiliki nilai jual beli. Pada genre ini fotografi memiliki tujuan untuk memuaskan sebuah konsumen dan atau memuaskan pesanan dari klien.
3.      Fotografi Ekspresi (foto seni/fine art photography) adalah suatu suatu karya foto yang memiliki nilai seni, suatu nilai estetik baik yang bersifat universal maupun terbatas. Hasil karya foto seni biasanya memiliki daya siman dalam waktu lama tanpa mengurangi nilai seninya. Sebuah karya atau foto dapat dikatakan sebagai benda seni,ketika bukan hanya merupakan hasil upaya proses reproduksi belaka. pemunculan ide atau gagasan dalam menciptakan foto seni tidaklah muncul begitu saja dan terkesan dadakan. foto seni  yang baik biasanya melalui suatu proses pengamatan empirik komparasi, perenungan, dan juga serangkaian mimpi-mimpi yang panjang dan lalu berakhir sebagai sebuah eksekusi :konsep dan visi dan misi yang transparan dan baru. foto seni bukan merupakan merupakan bagian dari cabang seni rupa yang paling muda.
Setelah mengetahui beberapa gagasan fotografi, penulis bermaksud ingin memperkenalkan metode “EDFAT” kepada pembaca atau kepada penulis yang ingin melakukan sebuah penelitian tentang metode ini yang biasanya digunakan pada fotografi jurnalistik. Pada penulitan ini diambil dari beberapa sumber temasuk, jurnal, buku, dan laman tentunya.

B. Metode “EDFAT”

                Metode ini sudah sangat dikenal dan diterapkan di lingkungan profesional khusunya bagi ppara wartawan baik skala nasional maupun  internasional. “ Tidak  banyak  sumber  pustaka  yang menjelaskan metode EDFAT. Kebayakan pernyataan tentang  EDFAT dituliskan  tanpa  menyertakan sumbernya.  Satu-satunya  penulis  buku  yang mengutarakan EDFAT adalah  Streisel  (2007)“ (Setiyanto dan Irwandi, 2017:32).
            Streisel dalam karya tulis Pamungkas W. S. dan Irwandi (2017:32), menyatakan bahwa metode EDFAT perlu dipertimbangkan ketika fotografer melakukan pemotretan. Shobri dan wartawan senior  Harian  Kompas dalam karya tulis Pamungkas W. S. dan Irwandi (2017:32) menguraikan kelima aspek EDFAT sebagai berikut :
a. E=Entire, Dikenal  juga  sebagai  ‘established shot’,  suatu keseluruhan  pemotretan  yang  dilakukan  begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. Untuk  mengincar  atau  mengintai  bagian-bagian untuk dipilih sebagai objek.
b. D=Detail, Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan  terdahulu  (entire).  Tahap  ini  adalah suatu  pilihan  pengambilan  keputusan  atas  sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai ‘point of interest’.
c. F=Frame, Suatu  tahapan  saat  mulai  membingkai  suatu  detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto  jurnalis  mengenal  arti  suatu  komposisi,  pola, tekstur dan bentuk subjek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini.
d. A=Angle, Tahap  ketika  sudut  pandang  menjadi  dominan, ketinggian,  kerendahan,  level  mata,  kiri,  kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengonsepsikan aspek visual apa yang diinginkan.
e. T=Time, Tahap  penentuan  waktu  penyinaran  dengan kombinasi  yang  tepat  antara  diafragma  dan kecepatan  atas  keempat  tingkat  yang  telah disebutkan  sebelumnya.  Pengetahuan  teknis  atas keinginan  membekukan  gerakan  atau  memilih ketajaman  ruang  adalah  satu  prasyarat  dasar  yang sangat diperlukan

C. Penggunaan EDFAT Dalam Proses Pemotretan

            Setelah mengenal dan mengerti mengenai metode EDFAT penulis mencoba memberikan contoh penggunakan metode EDFAT dalam proses pemotretan :
a. E=Entire
 
Menggergaji bahan utama keris

Memberi penjelasan proses pembuatan keris



 b. D=Detail

Alat dan tungku untuk pembuatan keris



Mengikir tepian keris

c. F=Frame

Sajian makanan ringan untuk penempa keris



Mempersiapkan api untuk memanaskan bahan mentah keris

d. A=Angle

Pengecekan kompa pengudaraan tungku api



Mengukur bahan mentah keris yang dibutuhkan


e. T=Time

Penempaan bahan dasar keris



Memasukan bahan dasar keris ke dalam tungku
D. Penutup
              Penggunaan metode EDFAT sangat membantu dalam proses pengambilan bahan foto jurnalistik khususnya pada foto esay. Selain membantu dalam proses pengambilan foto metode ini juga dapat sebagai bahan pemandangan baru bagi fotografer yang khususnya ingin terjun kedalam fotografi jurnalistik.
               Semoga dalam karya tulis ini dapat membantu para membaca untuk mengenal lebih dalam mengenai metode EDFAT dan juga dapat sebagai refrensi bagi penulis selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian lebih dalam penggunaan metode EDFAT.
               Terimakasih atas kunjungannya dan semoga bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam kata. Salam Budaya.



Daftar Pustaka :
- Setiyanto, Pamungkas W. dan Irwandi, 2017, Foto Dokumenter Bengkel Andong Mbah Musiran: Penerappan Dan Tinjauan Metode EDFAT Dalam Penciptaan Karya Fotografi, Yogyakarta: Jurnal Rekam Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
http://fotografi.upi.edu/home/6-keahlian-khusus/7-foto-seni.html
- http://journal.isi.ac.id/index.php/rekam/article/view/1580
- http://www.imural.id/blog/pengertian-fotografi/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar