Sabtu, 31 Maret 2018

Upacara Melasti Tahun 2018

Upacara Melasti tahun 2018 di Pantai Parangkusumo


Upacara melasti merupakan agenda tahunan seluruh umat Hindu yang berada di Indonesia untuk menyambut hari raya Nyepi. Upacara melasti ini ditujukan sebagai simbol pensucian diri menurut umat Hindu. Upacara ini biasanya dilakukan di pantai yang dimaksudkan untuk menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan. Dalam kepercayaan agama Hindu air kehidupan dapat diambin dari air danau atau sumber mata air alami.

Pada tahun ini khususnya wilayah D.I Yogyakarta upacara melasti dilaksanakan di pantai parangkusumo pada tanggal 13 maret 2018 tepat 4 hari sebelum haru raya nyepi yang jatuh pada tanggal 17 Maret 2018. Hari raya nyepi pada tahun dianggap sebagai tahun baru umat hindu yaitu tahun 1940 dalam tahun saka.

Dalam upacara yang dilaksanakan di pantai parangkusumo ini tidak hanya untuk umat hindu yang berada di Yogyakarta namun umat hindu yang bukan tinggal di Yogyakarta dapat mengikuti kegiatan ini. 

tempat peletakan banten atau sesaji untuk upacara melasti di pantai parangkusumo, Bantul, DIY
umat hindu melaksanakan upacara melasti dengan hidmat di pantai parangkusumo, Bantul, DIY
para umat membawa sesaji yang akan dilarung di pantai parangkusumo, Bantul, DIY

umat hindu membawa benda-benda sakral yang akan di sucikan di pantai parangkusumo, Bantul,DIY

sesaji dan benda-benda sakral yang dibawa para umat dalam acara upacara melasti di pantai parangkusumo,Bantul, DIY

pemuka agama umat hindu melakukan doa untuk sesaji yang akan dilarung di pantai parangkusumo, Bantul, DIY

pemuka agama melekakukan peletakkan dupa disesaji di pantai parangkusumo, Bantul,DIY

sebagian umat melakukan foto bersama setelah upacara melasti di pantai parangkusumo Bantul, DIY








Minggu, 25 Maret 2018

Women Long March (Fotografi Cerita(Story))

Women March D.I Yogyakarta

   Women March di Yogyakarta (10/3) tepatnya yaitu acara sekelomok pemuda yang melancarkan aksinya tentang kesadaraan kepada sesama mengenai kesetaraan hak asasi manusia yang berjalan dari parkiran Abu Bakar Ali hingga KM 0 (nol). Acara ini diikuti sekitar 200 orang dengan umur yang sekitar 17 hingga 50an tahun serta panitia juga tidak membatasi soal gender dari peserta.

   Pada acara ini panitia mengajarkan dan menyuarakan tentang hak asasi manusia yang disusun dalam tujuh poin isu yang diangkat yaitu :
  1. Stop Domestikasi Perempuan
  2. Akses Kesehatan Ramah Gender
  3. Edukasi Hak Tubuh, Seksualiatas, dan Reproduksi Secara Komprehensif
  4. Sto Seksisme di Ruang Privat dan Publik
  5. Keadilan Pada Kasus Kekerasan Seksual
  6. Pahami Bentuk-Bentuk Kekerasan Seksual
  7. Keadilan Gender dan Seksualitas
   Cila (17) sebagai ketua pelaksana  yang berstatus mahasiswa menjelaskan latar belakang gerakan ini tentang sebuah isue yang masih hangat yang lebih terarah ada penindasan-penindasan wanita karena judul topik utama pergerakan ini ialah untuk wanita.


Peserta membawa banner Woman March Yogyakarta dan mengangkat poster(10/3)

Salah satu peserta pria yang ikut menyuarakan tentang kesetaraan gender(10/3)

Memberikan semangat kepada para peserta long march(10/3)
"My body my coice" take line yang dibawa oleh peserta untuk menyuarakan pendapatnya tentang berpakaian(10/3)

Peserta aksi berbaris di Nol KM Yogyakarta untuk mendengarkan instruksi(10/3)


Peserta aksi membuat barisan melingkar di tengah-tengah nol kilo meter Yogyakarta(10/3)

Peserta menyampaikan suara ke publik dalam bentuk poster di nol km Yogyakarta(10/3)

Peserta aksi saling berkreasi dalam pembuatan tulisan di poster(10/3)

Salah satu peserta berorasi didepan semua peserta(10/3)

Peserta yang ditunjuk bergantian berorasi di panggung yang sudah disediakan oleh panitia(10/3)

Panas yang terik tidak menyurutkan aksi para demonstran untuk menyampaikan pendapat mereka(10/3)

Selesai acara diakhiri dengan foto bersama di sisi barat nol km Yogyakarta(10/3)

Minggu, 04 Maret 2018

Metode EDFAT sebagai proses dalam pemotretan


Mengenal Metode “EDFAT” Dalam Ftoografi Jurnalistik

A. Pendahuluan

            Fotografi telah berkambang dari masa ke masa. Pemilihan genre sudah tak asing lagi bagi semua fotografer baik pemula maupun profesional. Sangat banyak sekali genre fotografi seiring perkembangan jaman, namun genre fotografi tersebut dapat disempitkan berdasarkan fungsinya, yaitu :
1.      Fotografi Jurnalistik adalah foto yang memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri, melengkapi suatu berita dan dimuat dalam suatu media. Foto jurnalistik juga dapat dikatakan sebagai bahan untuk dokumen dan juga arsip. Foto jurnalistik harus didukung oleh caption yang berisi penjelasan dari foto. Berikut pengertian fotografi  jurnalistik menurut para ahli :
a. Menurut Oscar Motulohm, fotografer professional, foto jurnalistik adalah suatu medium sajian informasi untuk menyampaikan beragam bukti visual atas berbagai peristiwa kepada masyarakat seluas-luasnnya secara cepat.
b. Menurut Henri Cartier-Bresson, pendiri agen foto terkemuka di dunia dengan teorinya Decisive Moment, foto jurnalistik adalah berkisah dengan sebuah gambar, melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra tersembut mengungkap sebuah cerita.
c. Menurut Zainuddin Nasution, tokoh foto jurnalistik asal Surabaya, foto jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan foto yang tujuan pemotretan karena keinginan bercerita kepada orang lain. Jadi foto-foto jenis ini berkepentingan dalam menyampaikan pesan kepada orang lain dengan maksud agar orang lain melakukan sesuatu tindakan psikologis.
2.      Fotografi Komersial adalah foto yang memiliki tujuan untuk dikomersilkan atau ditujukan untuk memiliki nilai jual beli. Pada genre ini fotografi memiliki tujuan untuk memuaskan sebuah konsumen dan atau memuaskan pesanan dari klien.
3.      Fotografi Ekspresi (foto seni/fine art photography) adalah suatu suatu karya foto yang memiliki nilai seni, suatu nilai estetik baik yang bersifat universal maupun terbatas. Hasil karya foto seni biasanya memiliki daya siman dalam waktu lama tanpa mengurangi nilai seninya. Sebuah karya atau foto dapat dikatakan sebagai benda seni,ketika bukan hanya merupakan hasil upaya proses reproduksi belaka. pemunculan ide atau gagasan dalam menciptakan foto seni tidaklah muncul begitu saja dan terkesan dadakan. foto seni  yang baik biasanya melalui suatu proses pengamatan empirik komparasi, perenungan, dan juga serangkaian mimpi-mimpi yang panjang dan lalu berakhir sebagai sebuah eksekusi :konsep dan visi dan misi yang transparan dan baru. foto seni bukan merupakan merupakan bagian dari cabang seni rupa yang paling muda.
Setelah mengetahui beberapa gagasan fotografi, penulis bermaksud ingin memperkenalkan metode “EDFAT” kepada pembaca atau kepada penulis yang ingin melakukan sebuah penelitian tentang metode ini yang biasanya digunakan pada fotografi jurnalistik. Pada penulitan ini diambil dari beberapa sumber temasuk, jurnal, buku, dan laman tentunya.

B. Metode “EDFAT”

                Metode ini sudah sangat dikenal dan diterapkan di lingkungan profesional khusunya bagi ppara wartawan baik skala nasional maupun  internasional. “ Tidak  banyak  sumber  pustaka  yang menjelaskan metode EDFAT. Kebayakan pernyataan tentang  EDFAT dituliskan  tanpa  menyertakan sumbernya.  Satu-satunya  penulis  buku  yang mengutarakan EDFAT adalah  Streisel  (2007)“ (Setiyanto dan Irwandi, 2017:32).
            Streisel dalam karya tulis Pamungkas W. S. dan Irwandi (2017:32), menyatakan bahwa metode EDFAT perlu dipertimbangkan ketika fotografer melakukan pemotretan. Shobri dan wartawan senior  Harian  Kompas dalam karya tulis Pamungkas W. S. dan Irwandi (2017:32) menguraikan kelima aspek EDFAT sebagai berikut :
a. E=Entire, Dikenal  juga  sebagai  ‘established shot’,  suatu keseluruhan  pemotretan  yang  dilakukan  begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. Untuk  mengincar  atau  mengintai  bagian-bagian untuk dipilih sebagai objek.
b. D=Detail, Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan  terdahulu  (entire).  Tahap  ini  adalah suatu  pilihan  pengambilan  keputusan  atas  sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai ‘point of interest’.
c. F=Frame, Suatu  tahapan  saat  mulai  membingkai  suatu  detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto  jurnalis  mengenal  arti  suatu  komposisi,  pola, tekstur dan bentuk subjek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini.
d. A=Angle, Tahap  ketika  sudut  pandang  menjadi  dominan, ketinggian,  kerendahan,  level  mata,  kiri,  kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengonsepsikan aspek visual apa yang diinginkan.
e. T=Time, Tahap  penentuan  waktu  penyinaran  dengan kombinasi  yang  tepat  antara  diafragma  dan kecepatan  atas  keempat  tingkat  yang  telah disebutkan  sebelumnya.  Pengetahuan  teknis  atas keinginan  membekukan  gerakan  atau  memilih ketajaman  ruang  adalah  satu  prasyarat  dasar  yang sangat diperlukan

C. Penggunaan EDFAT Dalam Proses Pemotretan

            Setelah mengenal dan mengerti mengenai metode EDFAT penulis mencoba memberikan contoh penggunakan metode EDFAT dalam proses pemotretan :
a. E=Entire
 
Menggergaji bahan utama keris

Memberi penjelasan proses pembuatan keris



 b. D=Detail

Alat dan tungku untuk pembuatan keris



Mengikir tepian keris

c. F=Frame

Sajian makanan ringan untuk penempa keris



Mempersiapkan api untuk memanaskan bahan mentah keris

d. A=Angle

Pengecekan kompa pengudaraan tungku api



Mengukur bahan mentah keris yang dibutuhkan


e. T=Time

Penempaan bahan dasar keris



Memasukan bahan dasar keris ke dalam tungku
D. Penutup
              Penggunaan metode EDFAT sangat membantu dalam proses pengambilan bahan foto jurnalistik khususnya pada foto esay. Selain membantu dalam proses pengambilan foto metode ini juga dapat sebagai bahan pemandangan baru bagi fotografer yang khususnya ingin terjun kedalam fotografi jurnalistik.
               Semoga dalam karya tulis ini dapat membantu para membaca untuk mengenal lebih dalam mengenai metode EDFAT dan juga dapat sebagai refrensi bagi penulis selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian lebih dalam penggunaan metode EDFAT.
               Terimakasih atas kunjungannya dan semoga bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam kata. Salam Budaya.



Daftar Pustaka :
- Setiyanto, Pamungkas W. dan Irwandi, 2017, Foto Dokumenter Bengkel Andong Mbah Musiran: Penerappan Dan Tinjauan Metode EDFAT Dalam Penciptaan Karya Fotografi, Yogyakarta: Jurnal Rekam Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
http://fotografi.upi.edu/home/6-keahlian-khusus/7-foto-seni.html
- http://journal.isi.ac.id/index.php/rekam/article/view/1580
- http://www.imural.id/blog/pengertian-fotografi/